Profiling pelanggan dilakukan
oleh operator telekomunikasi untuk membedakan QoS yang akan diberikan kepada
pelanggan. Umumnya ketika pelanggan pertama kali terdaftar akan diberikan
profile default , namun ketika pelanggan tersebut membeli paket tertentu, maka
profilenya akan berubah agar mendapatkan kualitas yang dimiliki paket tersebut.
Misalkan untuk profile default kecepatan download up to 2 Mbps , maka ketika
pelanggan membeli paket internet cepat, maka kecepatan downloadnya berubah
menjadi up to 5 Mbps, maka dari sini
dapat dikatakan profile dari subscriber telah berubah. Berikut contoh data umum
profile yang pelanggan yang ada di HLR:
Data diatas merupakan contoh
yang digunakan untuk HLR ericsson, berikut penjelasannya:
1. Profile: Hanya bentuk penamaan agar mudah diidentifikasi pelanggan tersebut memiliki kriteria QoS seperti apa dan biasanya profile diartikan sebagai sebuah paket yang berisi kumpulan dari APN . Umumnya profile 1 digunakan sebagai default profile.
2. PDPID : Merupakan singkatan Packet Data Protocol context Identifier yang memiliki nilai range 1 hingga 10.
3. APN Name: Access Point Name , berupa penamaan akses jaringan internet yang digunakan operator yang memiliki kumpulan IP pool tersendiri.
4. QOSID : berupa identifikasi QoS akses pelanggan
5. THP: Traffic Handling Priority, sebuah prioritas dalam hal akses jaringan. Priority ini diurut dari 1 hingga 3 dan priority=1 adalah priority tertinggi. Fungsi priority ini akan berjalan jika pada jaringan terjadi trafik yang cukup tinggi , maka pelanggan dengan priority 1 akan mendapatkan layanan yang terbaik.Berikut salah satu gambaran pengimplementasiannya:
Gambar diatas berupa grafik
time terhadap kapasitas. Ketiga pelanggan berada dalam cell yang sama dan
melakukan akses download file yang sama dalam waktu yang bersamaan pula, dan
pada saat itu terjadi trafik yang tinggi, sehingga pelanggan dengan THP-1 akan
lebih cepat menyelesaikan download dengan ketentuan operator yang bersangkutan
membuat rule bahwa THP=1 merupakan priority tertinggi.
7. MBRD: Maximum Bit Rate for Downlink, berupa kecepatan akses pelanggan ketika kondisi download yang dinyatakan dalam satuan bps
8. MBRU: Maximum Bit Rate for Uplink, berupa kecepatan akses pelanggan ketika kondisi upload yang dinyatakan dalam satuan bps.
Seperti gambar diatas,
parameter MBR dalam iplementasinya akan membedakan priority pelanggan apakah
merupakan golongan gold, silver, atau bronze.
Gambar diatas menunjukkan
bagaimana flow proses pelanggan mendapatkan profile HLR. Misalkan pelanggan
secara default dinyatakan sebagai profile -1 dengan kriteria QoS tertentu. Tak
lama kemudian pelanggan mendaftar sebuah paket internet cepat , dimana dalam
paket tersebut tertananam sebagai profile-3 seperti pada gambar tabel
sebelumnya.
A. pelanggan melakukan
pendaftaran melalui akses UMB contoh: *177*100# untuk mendaftar paket
internet cepat.
B. Kemudian request tersebut akan diteruskan ke SOA dan verifikasi awal adalah apakah pelanggan mempunyai cukup pulsa untuk membeli paket tersebut. Maka untuk melakukan pengecekan dilakukan ke arah RPL
B. Kemudian request tersebut akan diteruskan ke SOA dan verifikasi awal adalah apakah pelanggan mempunyai cukup pulsa untuk membeli paket tersebut. Maka untuk melakukan pengecekan dilakukan ke arah RPL
C. Jika pulsa mencukupi maka
akan diarahkan ke SAPC untuk mengetahui QoS yang akan diberikan terhadap
pelanggan yang membeli paket tersebut dengan skema provisioning.
D. Kemudian QoS hasil dari
SAPC dicek kembali disisi Qos HLR dengan mengirimkan command trigger ke sisi
HLR beserta HSDPA parameternya juga sehingga finalnya HLR akan menentukan profile-3 sebagai profile pelanggan saat
ini dengan kecepatan downlink =3.6 Mbps dan uplink= 512 Kbps.
Untuk Poin C dan D ada hal
yang perlu diperhatikan:
apabila dalam penentuan kecepatan berbeda antara HLR dan SAPC untuk paket yang sama maka prinsip keran seperti gambar berikut akan berlaku:
apabila dalam penentuan kecepatan berbeda antara HLR dan SAPC untuk paket yang sama maka prinsip keran seperti gambar berikut akan berlaku:
1. Jika kecepatan uplink yang
ditentukan SAPC lebih besar dari HLR maka yang akan diterapkan adalah uplink
dari SAPC, misal QoS untuk pelanggan dinyatakan SAPC memiliki kecepatan uplink=up
to 2 Mbps sedangkan pada QoS HLR speed uplink= up to 512 Mbps , maka yang
diterapkan QoS SAPC =up to 2 Mbps walaupun ini dinyatakan oleh HLR lebih besar
dari kemampuan kecepatan yang di berikannya.
Dapat disimpulkan dengan data uplink static yang terdapat d HLR tidak akan mempengaruhi nilai uplink SAPC.
2. Namun, Jika kecepatan downlink yang ditentukan SAPC lebih besar dari HLR maka, kecepatan HLRlah yang akan digunakan.
Dapat disimpulkan dengan data uplink static yang terdapat d HLR tidak akan mempengaruhi nilai uplink SAPC.
2. Namun, Jika kecepatan downlink yang ditentukan SAPC lebih besar dari HLR maka, kecepatan HLRlah yang akan digunakan.
kembali lagi kelanjutan flow proses :
E. Setelah sudah diset QoS
disisi HLR dan SAPC , maka SOA akan mengattach AO paket tersebut sehingga
pelanggan pun bisa menikmati layanan paket dengan QoS yang telah ditentukan.
F. Sebagai pemberitahuan
paket telah sukses dilakukan SOA akan mengirimkan content Message ke arah MMX.
G. MMX akan bertugas
mengirimkan notifikasi tersebut ke pelanggan melalui network tentunya. Dan kini
pelanggan telah resmi dinyatakan sebagai profile-3 tersebut dan bisa menikmat layanan dari paket tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar